Sabtu, 26 Maret 2011

Pengusaha Tempe Khawatirkan Lonjakan Harga Kedelai

MedanBisnis – Jakarta . Para pengusaha tahu dan tempe yang tergabung dalam Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) was-was terhadap lonjakan harga kedelai dunia. Sejak tiga bulan lalu harga kedelai di Tanah Air sudah menunjukan tren kenaikan drastis.
Ketua II Gakoptindo Sutaryo mengatakan tiga bulan lalu harga kedelai masih jauh di bawah Rp 5.000 per kg, namun saat ini harga kedelai di tingkat perajin tempe sudah menembus angka Rp 6.000 per kg.

“Yang dikhawatirkan, lonjakan yang tak bisa diprediksi karena kita masih ketergantungan dengan kedelai impor,” kata Sutaryo yang juga Ketua Bidang Usaha Kopti Jakarta Selatan, saat dihubungi, Rabu (27/10).

Ia mengatakan para perajin tempe trauma dengan kenaikan harga kedelai dua tahun lalu. Pasalnya pada tahun 2008 harga kedelai di Jakarta sempat tembus Rp7.500 per kg, sementara di luar Jawa hingga Rp 9.000-Rp 10.000 per kg. “Kalau masih di bawah Rp 6.000 belum, tapi kita nggak punya daya apa-apa karena ketergantungan impor,” katanya.

Ia mengatakan meski terjadi kenaikan, para perajin belum berencana menaikan harga jual kecuali harga kedelai sudah jauh di atas Rp 6.000 per kg. Selain itu perajin pun sebelum menaikan harga lebih mempertimbangkan mengurangi ukuran tempe-tahu atau menurunkan produksi. “Suasana ekstrem bukan hanya terjadi di Indonesia. Saya khawatir sumber produksi kedelai terganggu di AS,” katanya.

Ia mengatakan kebutuhan kedelai di Jakarta saat ini rata-rata 10.000 ton per bulan. Sementara total kebutuhan kedelai secara nasional mencapai 2,4 juta ton per tahun, di mana sebanyak 80% dipakai untuk tempe dan tahu. Dari total kebutuhan 2,4 juta ton, sebanyak 600.000 ton dipasok dari dalam negeri sementara kedelai impor mencapai 1,8 juta ton.  (dtf)

Sumber: http://www.medanbisnisdaily.com

0 comments:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More