Kantor PRIMKOPTI Jakarta Selatan

Kantor Primkopti Jakarta Selatan yang terletak di Jalan Kalibata Tengah No.8-9 Jakarta Selatan. Primkopti Jaksel merupakan badan hukum resmi bernomor 1305/BH/I Tgl 06-9-1979

Mengembangkan kemandirian usaha koperasi

Primkopti Jakarta Selatan mengembangkan usaha dengan melakukan terobosan-terobosan dinamis tanpa kehilangan wataknya sebagai koperasi, dimana pelayanan kepada anggota menjadi prioritasnya.

Siap memberikan hak suara

Seorang anggota PRIMKOPTI Jakarta Selatan memberikan hak suaranya dalam proses reformasi kepengurusan yang berlangsung secara maraton di beberapa titik di wilayah jaksel, dan berakhir di ruang pertemuan gedung SMK 57.

Rapat Paripurna PRIMKOPTI Jaksel

Dihadiri oleh perwakilan anggota Kopti se Jakarta Selatan, sidang paripurna berlangsung dengan cukup lancar dan menghasilkan rekomendasi dan susunan kepengurusan baru untuk masa jabatan mendatang.

Kepala unit pelayanan PRIMKOPTI Jaksel

Unit-unit pelayanan PRIMKOPTI Jakarta Selatan bekerja untuk mengembangkan kapasitas kelembagaan demi menyambut berbagai tantangan kedepan serta meningkatkan pelayanan terhadap anggota

Sabtu, 26 Maret 2011

Tempe Pembawa Rejeki

Dengan mengayuh sepeda, yang dibelakangnya terdapat keranjang, seorang pria berkeliling kampung dan pasar di wilayah Cireunde, Rempoa, Jakarta Selatan. Sesaat ia berhenti di salah satu rumah di sebuah gang. Ia kemudian memberikan beberapa papan kecil tempe, yang dipesan pemilik rumah tersebut. Beberapa orang pembeli kemudian tampak mendatanginya, untuk membeli tempe. Setelah selesai, ia kembali mengayuh sepedanya, dan berkeliling menawarkan dagangannya.

Demikianlah rutinitas sehari-hari Sobirin (47), pria asal Pekalongan, Jawa Tengah, yang berprofesi sebagai penjual tempe tradisional.

Sejak tahun 1990, Sobirin sudah menekuni pekerjaan ini. Dengan modal Rp 900 ribu, yang dipinjamnya dari sebuah Koperasi Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) yang beralamat di Kalibata, Jakarta Selatan, ia membuka usaha pembuatan tempe. Uang tersebut digunakannya untuk membeli bahan dan peralatan membuat tempe.

Di pemukiman yang padat penduduk di Jalan Cireunde Ilir, Rempoa, Jakarta Selatan, Sobirin menyewa sebuah rumah berukuran kecil, yang sekaligus dijadikan tempat memproduksi tempe. Peralatan yang digunakan Sobirin untuk pembuatan tempe, sangat sederhana. Antara lain drum, plastik, daun dan mesin giling tradisional, yang membutuhkan tenaga yang kuat untuk memutar mesin gilingan itu.

Sobirin tidak sendiri dalam membuat tempe di rumahnya, Ia dibantu Tono, keponakannya dan anak laki-lakinya yang masih sekolah di SMA. Menurut Sobirin, sebelum dipasarkan, tempe yang berbahan utama kedelai dan ragi, harus melalui proses penguapan dan penjamuran selama empat hari empat malam.

Untuk mendapatkan tempe yang bagus dan tahan, Sobirin juga harus mengetahui cuaca atau udara diluar. Hal tersebut dilakukan agar tempe tidak mudah busuk. Selain itu, pembuatan tempe secara tradisional harus dilihat dari proses pencucian kedelai. Bila tidak bersih, tempe akan mudah busuk dan tidak tahan lama.

Setiap hari, Sobirin mampu memproduksi tempe sebanyak 250 bungkus, yang terjual habis dengan cara menyetor ke pelanggan dan sisanya dijual dengan cara diecerkan keliling kampung.

Dengan penghasilan bersih 40 ribu rupiah per hari, Sobirin juga menerima pesanan dari warteg disekitar rumahnya. Dari hasil penjualan tempe selama di Jakarta, ia mampu menghidupi dua istri dan 8 anak yang ada di kampung halamannya. Bahkan ia mampu menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi swasta di kampungnya.

Namun demikian, Sobirin pun pernah mengalami kegagalan dalam proses pembuatan tempe. Tapi hal itu tidak membuatnya putus asa. Ia terus belajar dari kesalahan dan akhirnya berhasil memproduksi tempe dengan hasil yang bagus dan mempunyai banyak pelanggan.

Menurut Sobirin, penyebab kegagalan pada pembuatan tempe, terutama jika salah dalam takaran pada obat tempe atau ragi. Tidak mudah memang membuat tempe.

Namun tempe, juga tahu merupakan makanan yang banyak digemari. Baik masyarakat bawah maupun kalangan atas. Bahkan menurut Sobirin, tempe juga dapat mengobati badan panas dingin atau sakit dengan cara : tempe mentah dimakan dengan dicampur gula merah, lalu dibakar atau dimakan begitu saja.(Suprihatin/Idh)

Sempat Hilang Di Pasaran, Harga Tahu Akhirnya Naik

Jakarta Produk tahu sempat menghilang dari pasaran khususnya di Jabodetabek karena produsen berdemo meminta kenaikan harga. Namun produsen pun akhirnya berdamai dan memilih untuk menaikkan harga tahu, sementara tempe disiasati dengan ukuran yang lebih kecil.

Ketua II Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Sutaryo mengatakan para pengrajin tahu tempe akhirnya menaikan harga karena sudah tak mampu menahan biaya produksi karena kenaikan harga kedelai.
Harga kedelai ditingkat pengrajin, menurut Sutaryo sudah naik dari Rp 4.800-5.000, menjadi Rp 6.500-6.800 per Kg. Sehingga ia memastikan harga tahu khususnya sudah naik di awal pekan ini.

Memang kami libur tak berproduksi pada Kamis-Jumat lalu, karena konsumen susah menerima rencana kenaikan. Jadi kami semacam berunjuk rasa lah, katanya kepada portalnewsFinance, Senin (7/2/2011).

Ia mengatakan penolakan kenaikan harga sebenarnya lebih banyak dilakukan oleh pedagang sementara konsumen relatif menerima.

Konsumen menerima, efek konsumen nggak terlalu, tapi produsen ke pedagang tarik menarik, kata Sutaryo yang juga Ketua Bidang Usaha Kopti Jakarta Selatan ini.
Saat ini harga tahu besar (tahu china) naik Rp 200 dari Rp 1.400 menjadi Rp 1.600 per potong. Harga tahu Bandung naik dari Rp 300 menjadi Rp 350 per potong, sementara tahun papan naik Rp 2000 dari Rp 18.000 menjadi Rp 20.000 untuk wilayah Jabodetabek.
Memang kenaikannya kecil, tapi kalau dalam jumlah besar bagi produsen itu sangat berarti, ujarnya.

Ia menjelaskan pasca demo pekan lalu, pasokan tahu khususnya di Jabodetabek sudah normal sejak Sabtu lalu. Menurutnya, produsen atau pengrajin tak akan mengulangi hal tersebut asalkan ada kesadaran dari para pedagang maupun konsumen.

Khusus untuk produk tempe, saat ini tak mengalami kenaikkan karena pengrajin mensiasatinya dengan mengurangi ukuran. Sementara harga tahu terpaksa dinaikan karena para perajin sudah tak mungkin melakukan pengurangan ukuran cetakan karena jika dilakukan harus membuat cetakan baru. Kalau tempe bisa disiasati oleh perajin, juga pendistribusiannya bisa dilakukan langsung, ucapnya.

Sampai saat ini kebutuhan tahu tempe khususnya di DKI Jakarta rata-rata per bulan mencapai 15.000 ton. Sementara kebutuhan kedelai di Jakarta saat ini rata-rata 10.000 ton per bulan. Total kebutuhan kedelai secara nasional mencapai 2,4 juta ton per tahun, di mana sebanyak 80% dipakai untuk tempe dan tahu.

Dari total kebutuhan 2,4 juta ton, sebanyak 600.000 ton dipasok dari dalam negeri sementara kedelai impor mencapai 1,8 juta ton.(hen/qom)

Pengusaha Tempe Khawatirkan Lonjakan Harga Kedelai

MedanBisnis – Jakarta . Para pengusaha tahu dan tempe yang tergabung dalam Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) was-was terhadap lonjakan harga kedelai dunia. Sejak tiga bulan lalu harga kedelai di Tanah Air sudah menunjukan tren kenaikan drastis.
Ketua II Gakoptindo Sutaryo mengatakan tiga bulan lalu harga kedelai masih jauh di bawah Rp 5.000 per kg, namun saat ini harga kedelai di tingkat perajin tempe sudah menembus angka Rp 6.000 per kg.

“Yang dikhawatirkan, lonjakan yang tak bisa diprediksi karena kita masih ketergantungan dengan kedelai impor,” kata Sutaryo yang juga Ketua Bidang Usaha Kopti Jakarta Selatan, saat dihubungi, Rabu (27/10).

Ia mengatakan para perajin tempe trauma dengan kenaikan harga kedelai dua tahun lalu. Pasalnya pada tahun 2008 harga kedelai di Jakarta sempat tembus Rp7.500 per kg, sementara di luar Jawa hingga Rp 9.000-Rp 10.000 per kg. “Kalau masih di bawah Rp 6.000 belum, tapi kita nggak punya daya apa-apa karena ketergantungan impor,” katanya.

Ia mengatakan meski terjadi kenaikan, para perajin belum berencana menaikan harga jual kecuali harga kedelai sudah jauh di atas Rp 6.000 per kg. Selain itu perajin pun sebelum menaikan harga lebih mempertimbangkan mengurangi ukuran tempe-tahu atau menurunkan produksi. “Suasana ekstrem bukan hanya terjadi di Indonesia. Saya khawatir sumber produksi kedelai terganggu di AS,” katanya.

Ia mengatakan kebutuhan kedelai di Jakarta saat ini rata-rata 10.000 ton per bulan. Sementara total kebutuhan kedelai secara nasional mencapai 2,4 juta ton per tahun, di mana sebanyak 80% dipakai untuk tempe dan tahu. Dari total kebutuhan 2,4 juta ton, sebanyak 600.000 ton dipasok dari dalam negeri sementara kedelai impor mencapai 1,8 juta ton.  (dtf)

Sumber: http://www.medanbisnisdaily.com

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More